Aplikasi Pembayaran Tagihan Air
Aplikasi Pembayaran Tagihan Air
Belajar Ngoding di Channel Sekolah Otodidak

Hidup Menuju Kematian

Kehidupan dan Kematian
Kehidupan dan Kematian. Foto oleh Nacho Juárez dari Pexels
template wordpress
Sewa Hosting

Kita juga pernah mendengar pengakuan Friedrich Nietzsche, filsuf Jerman yang mewartakan tragedi kematian Tuhan. “Gott ist tot! Gott bleibt tot! Und wir haben ihn getotet!” (Tuhan telah mati! Tuhan tetap mati! Dan kita telah membunuhnya!). Kala itu, warta tentang kematian Tuhan disiarkan di ruang-ruang publik; pasar bahkan gereja.

Betapapun Fir’aun mengaku sebagai Tuhan dan Nietzsche mengklaim telah membunuhnya. Mereka tetap tidak bisa menolak kepastian akan mati. من عاش مات و من مات فات(Siapa yang hidup pasti mati. Dan yang mati pasti sirna), demikian penyair pra-Islam, Qush bin Sa’adah menyatakan dalam potongan syairnya. Fir’aun dan Nietzsche, kini, telah mati, sirna hilang ditelan bumi.

Kematian adalah hak dan mutlak. Ia berada dalam genggaman Tuhan, Dzat yang tidak tersentuh garis kematian. Kematian, hanya digariskan kepada mereka yang bernyawa. Masing-masing punya batas hidupnya (ajalnya). Di mana seseorang berada—entah bersembunyi di balik benteng yang tinggi dan kokoh atau menyusup hingga ke kedalaman tanah sekali pun—kematian akan tetap merenggut. Tak ada yang bisa menghindar darinya.

Kematian itu hak dan nyata. Bila selama ini, kabar kematian sayup-sayup terdengar begitu biasa di telinga. Namun dia akan begitu menyakitkan, saat ada keluarga, saudara, guru, sahabat, atau orang tercinta, “pulang” ke kelampauan asal spiritual dan “kampung halaman” (read. akhirat) nun jauh di sana. Semua keadaan akan tampak jauh lebih berbeda dari sebelumnya.

Sewa Hosting
BACA  Pemuda Dan Strategi Pembangunan Desa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *