Kabar duka tentang kematian pada hari-hari belakangan selalu saja datang menghampiri. Ternyata dia (maut) begitu dekat dengan kita, bahkan semakin akrab. Hidup dan mati seperti tak perlu lagi ada jarak, batas, maupun antara.
Dalam sekejap waktu berlalu, bisa jadi, bukan lagi kabar duka yang didengar, melainkan maut itu benar-benar hinggap merenggut nyawa kita. Hari ini. Detik ini. Esok. Entah kapan? Tak ada yang tahu. Tak ada yang dapat memahami. Tak ada kekuatan dan daya. Bahkan tak satu mantra pun mampu menjadi penawarnya.
و إذا المنية أنشبت أظفارها فكل تميمة لا تنفع
“Jika kematian telah mencengkeramkan kuku-kukunya, maka seluruh mantra tak berguna”
Dalam sejarah panjang masa lalu, kita telah mendengar kisah keangkuhan Fir’aun. Raja Mesir, yang konon katanya, semasa hidupnya, tidak pernah merasakan sakit walau sesaat. Dan karena itu, dia berani mendaulat dirinya sebagai Tuhan. Dia tantang Tuhan-nya Musa, Tuhan Pemilik nyawa manusia.