Aplikasi Pembayaran Tagihan Air
Aplikasi Pembayaran Tagihan Air

Si Bagus Tukang Bolos – Seri Pengalaman Mendidik #1

Pengalaman Mengajar Seri 1
Pengalaman Mengajar Seri 1
template wordpress

Bismillahirrahmanirrahim… astagfirullah, semoga Allah mengampuni dosa-dosa saya, dan pada kesempatan ini saya akan menuliskan salah satu dosa saya dimasa lalu, harapannya bisa menjadi pelajaran, khususnya untuk saya dan semoga para pembaca yang dapat mengambil manfaat serta hikmahnya.

Cerita berawal dengan setting waktu sekitar 6 (enam) tahun yang lalu, Toto Gutomo masih seorang guru muda, energik, (mungkin) idealis dan keras kepala. Siang itu terjebak dalam kondisi “panas”, saya tidak terlalu ingat cuaca siang itu tapi suasana panas terjadi karena debat yang cukup hebat antar guru pada rapat kenaikan kelas, hal ini disebabkan kelakuan si Bagus, seorang siswa yang doyan bolos, berhasil mencetak rekor yang luar biasa banyak dalam hal membolos, saking banyaknya saya malu untuk menulis jumlah bolosnya dalam satu semester. Maafkan saya…

Singkat cerita, perdebatan terjadi karena terjadi selisih pendapat mengenai kenaikan kelas si Bagus ini, beberapa guru yang ingin menaikan dia, sebagian lagi beranggapan bahwa dia tidak layak untuk naik kelas karena kelakukannya tersebut. Saya, ya, saya kali itu saya berada di pihak penjahat, seorang pendidik yang berniat membunuh anak didiknya tanpa tau penyebab penyakit yang dideritanya, tanpa memposisikan dia sebagai korban, bahkan tanpa sedikitpun berusaha mencari tahu latar belakang si Bagus ini suka bolos.

Eh sebentar, Bagus bukan nama asli anak yang saya ceritakan ya. Pemilihan nama Bagus juga bukan asal-asalan, nama penggantinya pada tulisan ini sebagai doa, harapannya seluruh hidupnya menjadi Bagus, insya Allah menjadi anak yang sukses dunia dan akhirat.

Bagus ini divonis tidak naik kelas jika terdapat tiga mata pelajaran yang tidak tuntas atau bahasa lainnya tidak mendapatkan belas kasih dari maksimal tiga orang guru. Sayangnya, saya adalah salah satu dari tiga guru yang memberatkannya, keputusan saya untuk tidak menuntaskannya sehingga memaksa dia untuk tinggal kelas. Setidaknya itulah keputusan bulat yang saya sampaikan dengan lantang pada forum waktu itu. Akhirnya muncul opsi ketiga, bisa dibilang penengah, atau bahkan bisa pula dianggap metode curang sebagai bentuk negosiasi akhir, sebenarnya ini sebuah rahasia, atau sudah rahasia umum? Entahlah… Opsi ketiga hadir dengan penawaran tetap meluluskan seluruh mata pelajarannya, tetapi bersyarat, dia harus melanjutkan pendidikannya di sekolah tetangga. Opsi ini lah yang saya yakini sebagai penengah, antara amarah saya dengan sisi kemanusiaan saya, setidaknya itulah keyakinan saya saat itu.

BACA  Anaknya Dibiarkan Lapar! Inilah Sahabat Yang Membuat Rasulullah Menangis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *