Kenalkan dia Pint, seorang siswi yang masuk peringkat pertama Ter”cerdas” dari tujuh siswi cerdas di sekolah saya versi Totospot. Mohon maaf sebelumnya, meluruskan kenapa saya menggunakan tanda petik pada kata cerdasnya. Bukan maksud merubah makna cerdas melainkan untuk penekanan pada aspek kecerdasan tertentu.
Biasanya (tapi tidak semua lho) para orang tua mengharapkan seluruh anaknya cerdas, namun dengan definisi cerdas yang lebih kita kenal dengan kemampuan logis-matematis yang biasanya nampak pada kemampuan berhitung serta mahir dalam berlogika-ria, para orang tua juga mengharapkan anaknya cerdas dalam berbahasa atau juga dikenal dengan kecerdasan verbal-linguistik, ya mungkin dua kecerdasan ini adalah “best seller” diantara banyaknya tipe kecerdasan anak. Oh ya, Si Pint ini memiliki keduanya bahkan bonus kecerdasan spasial yang waw, hingga ruang kelas tak pernah cukup untuknya.
Pint bukan nama sebenarnya ya, ini adalah pengakuan saya atas kecerdasannya, saya berikan dia nama lengkap “Pintar”, harapannya dia mampu memaksimalkan kecerdasannya untuk hal-hal yang bermanfaat, insya Allah untuk tujuan duniawi hingga akhirat, aamiin ya Rabb.
Kecerdasan luar biasa pada tiga aspek tersebut merupakan potensi besar yang dimiliki Pint, namun Pint juga memiliki kelemahan yang menurut saya cukup akut, khususnya pada sisi Interpersonal dan Intrapersonal, dia kurang “menyayangi diri” dan nyaris tidak memiliki teman, ya seingat saya teman akrab dia tidak lebih dari dua orang, sedari masuk hingga lulus sekolah. Teman sekelasnya pun memilih untuk menjaga jarak dengannya. Di kalangan guru, dia merupakan sorotan utama, primadona laporan di kantor, dan sering kali masuk trending topik bahasan obrolan para guru ketika istirahat.
Baca juga: Si Bagus Tukang Bolos
Pint merupakan guru killer, eh maksud saya teacher-killer istilah ini saya pakai untuk anak cerdas yang mampu “membunuh” guru dengan sanggahan versi logis-matematis diracik dengan kecerdasan berbahasanya, yap saya perhatikan memang itulah hobby dia, membunuh guru. Secara sopan santun, Pint memang dianggap kurang, bisa jadi karena kurangnya perhatian orang tua di rumah karna memang jarang bertemu dengan orang tua. Acap kali guru menghukum Pint, biasanya mereka yang “dibunuh” oleh Pint karena tidak sanggup bersilat-logika dengannya, beberapa guru memilih menggunakan “power” untuk menghukum dia, mungkin guru ini penganut aliran “jika tidak bisa dibina, maka binasakan”, hihihi…