Si Bagus Tukang Bolos – Seri Pengalaman Mendidik #1

Pengalaman Mengajar Seri 1
Pengalaman Mengajar Seri 1

Setahun berlalu, saya pun bertemu dengan Si Bagus ini, menyapa saya dengan ramahnya pada satu kesempatan, setidaknya kami bertemu pada beberapa kesempatan, tidak pula terdengar Si Bagus membolos di sekolah barunya, hal itu membuat saya lega dan menganggap keputusan yang diambil forum waktu itu adalah yang terbaik untuk Bagus. Keadaan ini terus menenangkan saya hingga pada akhirnya saya tersadar, bahkan tertampar sebelum tersadar.
Benarkan keputusan itu terbaik untuk Bagus? Atau terbaik untuk saya? Jika Bagus pindah sekolah, saya tidak perlu repot-repot mengurus anak kang bolos ini. Astagfirullah.. egoisnya saya, setan apa yang merasukiku… Sikap ramah Bagus juga pada akhirnya menggangguku, kenapa dia sekarang sopan santun sekali, tidak seperti saat dia menjadi siswa saya, kenapa kenapa kenapa? Apa saya gagal mendidiknya? Dan kenapa menunggu waktu bertahun hingga saya menyadarinya? HAH?

Baca juga: Vaksin AstraZeneca. Ini Kata Ustadz Adi Hidayat

Tiba pada akhir kegundahan hati saya, dengan ekstra emosi ditambah bumbu berpikir tingkat mumet saya memutuskan sebuah simpulan, sebenarnya Bagus adalah korban, dia bukan tersangka utama pada kasus itu, dan saya adalah salah satu eksekutor yang memvonis dia, saya menzalimi dia ? seharusnya penyakit dia sangat bisa dicegah, jika saya tidak egois dan lebih memperhatikan dia, penyakit dia bisa disembuhkan jauh sebelum parah, ketika indikasi penyakitnya mulai muncul, saat bolos pertama, kedua, atau ketiganya, yap seharusnya dia sudah harus diberi kasih sayang ekstra, diperhatikan, serta dibantu mengeluarkan dari “masalah belajar” nya, bukan hanya memvonisnya ketika semua sudah terlanjur terlambat.

Ya, Bagus adalah penyesalan pertama saya, namun saya harus memastikan tidak ada Bagus-Bagus yang lain bermunculan. Ketika suatu penyakit mulai mendera siswa, terlihat gejala, disanalah kasih sayang guru menyelesaikannya, jauh sebelum penyakit membesar hingga akut. Peran guru bukanlah sekedar mengajar, tapi juga mendidik. Bahkan tidak terbatas waktu dan tempat.

Bagus, maafkan saya….
*Foto hanya pemanis, tidak ada penampakan si Bagus pada foto tersebut
Purwodadi, 8 Maret 2021

Exit mobile version