Aplikasi Pembayaran Tagihan Air
Aplikasi Pembayaran Tagihan Air

Macan Putihku #Part 2

Cerita Fiksi Macan Putihku
Cerita Fiksi Macan Putihku. Foto oleh zoosnow dari Pexels
template wordpress

Masih dihalaman yang sama, sang eyang meneruskan ceritanya:

“Memang macan putih betina ini memiliki paras yang sangat cantik, sehingga banyak macan-macan jantan asing terpikat oleh kecantikkannya. Namun dalam kecantikannya, kadang ia belum bisa bersikap dewasa sepenuhnya. Oleh karena itu ia selalu menerima setiap ajakan macan jantan asing untuk jalan bersamanya.”

Sang eyang sambil tersenyum dan menatap ke arah pemuda yang tadi bertanya dengan harapan ia masih bisa bersabar menunggu penjelasannya. Eyang pun melanjutkan kisahnya:

“Ketahuilah bahwa sang macan putih jantan yang pergi ke arah timur,telah mendapat bala bantuan dari Sang Penguasa, atas permohonannya untuk menjaga sang macan putih betina. Punggawa-punggawa yang diutus oleh Sang Pengusaha mampu melenyapkan segala mara bahaya yang akan terjadi pada macan putih betina. Sang macan putih jantan selalu mengetahui tindak tanduk macan putih betina, karena ia selalu diberi kabar oleh punggawa-punggawanya yang tak terlihat.”

Kembali sang eyang terdiam sambil menatap ke arah kitab antah berantah, kemudian melanjutkan ceritanya:

“Hari demi hari, masa demi masa… keduanya saling pergi menjauh. Macan putih jantan yang ke timur dan macan putih betina yang pergi ke barat.”

Kemudian sang eyang berbicara kepada pemuda yang bertanya, “Wahai pemuda, pertanyaanmu akan dijawab pada cerita selanjutnya, maka dengarkanlah baik-baik”. Pemuda itu mengangguk-angguk sambil tersenyum.

“Alkisah 20 tahun yang lalu, beberapa saat ketika sang macan putih betina baru lahir ke muka bumi, ditemani oleh ibu dan neneknya. Terdapat macan putih jantan tak jauh sedang menatapi bayi kecil yang tak lain macan putih betina. Macan jantan putih kala itu masih kecil dan baru berumur 10 tahun.

BACA  Strategi Percepatan Penurunan Stunting Provinsi Banten Melalui Upaya Peningkatan Kesadaran Berbasis Keluarga

Kemudian ibu dari bayi macan putih betina memanggilnya untuk mendekat kemudian bertanya kepada macan putih jantan. “Wahai macan jantan mengapa kau menatapi bayiku? Apakah kau menyukai bayiku?” tanya sang ibu macan putih betina.

Sambil tersipu malu, sang macan jantan putih akhirnya menjawab. “Iya ibu, aku melihat bayi macan putih betina ini seperti ada dorongan untuk mengatakan bahwa kelak aku akan hidup bersamanya”. Kemudian sambil terdiam ibu dan nenek macan putih betina itu saling bertatapan seperti saling berbicara.

Akhirnya sang nenek pun berkata, “Memang sudah tertulis dimasa lalu bahwa keturunan dari anakku akan langsung bertemu jodoh dihari lahirnya, maka aku yakin bahwa cucuku ini adalah jodoh untukmu wahai macan putih jantan. Namun ketahuilah ini tidak akan mudah, ketika dewasa cucuku tidak akan mengetahui siapa dirimu dan kau hanyalah sang pembuka tabir yang ada dalam mimpi-mimpinya. Namun aku mewasiatkan kepadamu satu petunjuk yaitu pergilah sebagaimana matahari datang dan pergi”.

Kemudian sang nenek melepaskan kalung bertali hitam yang ia pakai, dan ternyata kalung tersebut memiliki simbol hati. Kemudian ia membelah kalung hati tersebut menjadi dua bagian. Dan sang nenek bertutur kepada macan putih jantan, “Pakailah kalung sebelah mata hati ini, dan sebagiannya aku akan kenakan kepada cucuku sebagai tanda jodoh untukmu kelak. Kejarlah ia ketika dewasa nanti. Bersabar dan jangan pernah putus asa. Karena aku yakin kau adalah macan putih jantan yang tangguh”.

Kemudian macan jantan putih memakai kalung tersebut dan mengucapkan terima kasih kepada ibu dan nenek sang macan putih betina. Sebelum meninggalkan mereka, macan putih jantan terlebih dahulu mencium kening bayi macan putih betina sambil berkata,”Wahai jodohku kelak kita akan bertemu dewasa nanti, semoga Sang Penguasa melindungi kita”. Dan akhirnya macan putih jantan meninggalkan mereka untuk menjalankan wasiat nenek macan putih betina yaitu berjalan sebagaimana matahari datang dan pergi. Ia akhirnya melangkahkan kakinya ke arah matahari datang yaitu Timur”.

BACA  Kalau Bukan Sekarang Kapan Lagi

Sang eyang menarik napas kecil kemudian membuangnya perlahan sambil menatap kepada para pengikutnya yang setia mendengarkan, ia melihat ke arah mata pemuda yang bertanya tadi sepertinya pemuda itu sudah sedikit mendapatkan jawabannya. Namun ia tidak bertanya lagi seperti sebelumnya.

“Macan putih betina pun beranjak dewasa dan pada suatu malam ia terbangun dengan menjerit sambil berkata “biruuu” teriaknya. Ibu dan nenek macan putih betina yang tidur tidak jauh darinya pun kaget. Kemudian sang ibu bertanya kepada macan putih betina, “Sayangku, bermimpi apakah kau gerangan?” Macan putih betina akhirnya menceritakan mimpinya sambil mengeluarkan air mata.

“Ibunda aku telah bermimpi ada seorang pemuda yang memanggilku di padang rumput yang luas sekali, aku tidak dapat melihat wajahnya karena ia berdiri membelakangi matahari terbit sedangkan aku berada di depannya sambil menadahi pandangan mataku karena sinar matahari yang begitu silau. Pemuda itu tidak berkata apa-apa ia hanya tersenyum memandangiku. Aku seperti memiliki hubungan yang erat dengannya wahai ibunda”.

Sang ibu macan pun kembali bertanya, “lalu kenapa kau berteriak biru dengan keras sekali” tanyanya.

Macan putih betina kembali menceritakan mimpinya, “Ibunda dalam mimpiku matahari begitu cepat menghilang, seiring terbit dari timur kemudian langit pun membiru cerah dan indah, wajah pemuda itu akhirnya tampak jelas dan sepertinya aku sudah lama mengenalinya, pemuda itu tersenyum dan aku pun ikut membalas senyumannya dan akhirnya langit pun menggelap dan biru langit pun mulai memudar seiring matahari terbenam, kemudian aku berteriak “biru jangan menghilang!” dalam hati agar aku terus dapat memandangi wajah pemuda yang ada didepanku.”

Ibu sang macan putih betina memeluk anaknya sambil mengusap keningnya sambil berkata, “Sabarlah anakku ini tanda-tanda untukmu” sang macan putih betina kembali bertutur “aku menyukainya ibu, aku ingin bertemu dengannya”. Dan air mata pun akhirnya jatuh dipipinya.

BACA  Macan Putihku #Part 4

Link Cerita: Part 1, Part 2, Part 3, Part 4, Part 5, Part 6, Part 7, Tamat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *